Tuesday, January 22, 2013

Penyakit HATI

HATI (bahasa Arab Qalbu) adalah bagian yang sangat penting daripada manusia. Jika hati kita baik, maka baik pula seluruh amal kita:

Rasulullah saw. bersabda, “….Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR Imam Al-Bukhari)

Sebaliknya, orang yang dalam hatinya ada penyakit, sulit menerima kebenaran dan akan mati dalam keadaan kafir.

“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [At Taubah 125]

Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik karena bisa mengakibatkan kesengsaraan di neraka yang abadi.

Kita perlu mengenal beberapa penyakit hati yang berbahaya serta bagaimana cara menyembuhkannya.

Sombong

Sering orang karena jabatan, kekayaan, atau pun kepintaran akhirnya menjadi sombong dan menganggap rendah orang lain. Bahkan Fir’aun yang takabbur sampai-sampai menganggap rendah Allah dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kenyataannya Fir’aun adalah manusia yang akhirnya bisa mati karena tenggelam di laut.

Allah melarang kita untuk menjadi sombong:

“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’ 37]

“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman 18]

Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong:

“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min 76]

Kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Kita tidak punya kekayaan apa-apa. Bahkan pakaian pun tidak. Kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua-lah kita akhirnya jadi dewasa.

Begitu pula saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang nanti akan lapuk dimakan zaman.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ “Uluumuddiin menyatakan bahwa manusia janganlah sombong karena sesungguhnya manusia diciptakan dari air mani yang hina dan dari tempat yang sama dengan tempat keluarnya kotoran.

Bukankah Allah mengatakan pada kita bahwa kita diciptakan dari air mani yang hina:

“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” [Al Mursalaat 20]

Saat hidup pun kita membawa beberapa kilogram kotoran di badan kita. Jadi bagaimana mungkin kita masih bersikap sombong?

‘Ujub (Kagum akan diri sendiri)

Ini mirip dengan sombong. Kita merasa bangga atau kagum akan diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah.

Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlah ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “Alhamdulillah” karena segala puji itu hanya untuk Allah.

Iri dan Dengki

Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah.

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]

Iri hanya boleh dalam 2 hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu.

Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. (HR. Bukhari) [HR Bukhari]

Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari iri hendaknya mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah.

Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar. (HR. Abu Ya’la)

Dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki:

“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [Al Falaq 5]

Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita.

Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu. (HR. Abu Dawud)

Wallahu'alam bishawab.

Sumber: http://www.facebook.com/pages/Betapa-Kecilnya-Kita-di-Hadapan-Allah/270156786357297?ref=stream

Cinta Dunia Menyebabkan Manusia Lupa Akhirat

Oleh Abu Basyer pada 31 Januari 2012 pukul 19:35

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat

Sahabat yang dirahmati Allah,

Cinta dunia adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Perhatikan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadis riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)

Perhatikan Firman Allah SWT berikut ini: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Surah Al-Hadid (57) ayat 20)

Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah SWT . Chontohnya, solat, puasa atau sedekah, dan kalaupun kita tetap melakukannya tapi tetap dikatakan sebagai urusan dunia, jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah.

Nabi SAW bersabda maksudnya : “Hampir tiba dimana umat-umat saling memanggil untuk melawan kalian sebagaimana orang-orang saling memanggil untuk menyantap hidangannya”.

Salah seorang bertanya: ”Apakah kerana sedikitnya kami ketika itu?

Rasul SAW menjawab, “Bahkan kalian pada hari itu banyak akan tetapi kalian laksana buih dilautan dan sungguh Allah mencabut ketakutan dan kegentaran terhadap kalian dari dada musuh kalian dan Allah tanamkan di hati kalian al-wahn”.

Salah seorang bertanya: “Apakah al-wahn itu ya Rasulullah?

Baginda menjawab: “Cinta dunia dan membenci kematian”

(Hadis Riwayat Abu Dawud dan Ahmad).

Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan dikuasai oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, hasad dengki, iri-hati dan menyusahkan diri sendiri untuk memikirkan yang tidak ada. Makin cinta pada dunia, seseorang akan melupakan hari akhirat. Bahkan, boleh berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Fikirannya selalu dunia, bekerja siang malam untuk mengejar dunia demi kepentingan diri sendiri.

Allah SWT berfirman maksudnya : “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, nescaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (Surah Hud (11) ayat 15-16).

Rasulullah SAW bersabda maksudnya : “Sesungguhnya dunia itu dilaknat, berikut segenap isinya juga dilaknat, kecuali jika disertai untuk tujuan kepada Allah SWT.”

Sahabat yang dimuliakan,

Segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak akan bermakna, semua harta, gelar, pangkat, kedudukan dalam masyarakat dan populariti tidak akan bernilai di sisi Allah SWT jika tidak digunakan di jalan Allah SWT.

Perkara yang penting dalam kehidupan kita hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, janganlah kerana kekayaan dunia atau kekurangannya menyebabkan hati kita terlalu gembira atau bersedih. Jika kita kaya, jangan sampai kekayaan kita menjadikan kita sombong, dan jika kita kekurangan, maka jangan sampai kekurangan kita itu, membuat kita jadi kurang mensyukuri nikmat Allah SWT lemudian banyak mengeluh dan kecewa.

Rasulullah SAW bersabda maksudnya : “Perumpamaan orang yang cinta pada dunia ibarat orang yang berjalan di atas air. Dapatkah orang berjalan di atas air, kakinya tidak basah?”

Dari Abu Sa’id Al-Khudry r.a dari Rasulullah SAW. bahawasanya baginda bersabda yang bermaksud : “Sesungguhnya dunia ini adalah manis lagi hijau dipandang. Dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di dalamnya, maka Allah akan melihat bagaimana yang kalian perbuat. Kerananya, berhati-hatilah pada dunia dan berhati-hati kepada wanita, kerana sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa bani Israel itu adalah fitnah wanita.”

(Hadis Riwayat Muslim).

Ubat dari penyakit cinta dunia ini tidak lain adalah kezuhudan kita kepada dunia, yang mana Rasulullah SAW telah mengajarkan kita ummatnya untuk berlaku zuhud. Nabi SAW bersabda maksudnya : “Zuhudlah di dunia maka Allah akan mencintai kalian, dan zuhudlah atas apa-apa yang ada di sebagian manusia, maka kamu akan dicintai oleh mereka ” (Hadis Riwayat Ibnu Majah dalam kitab zuhud ).

Sahabat yang dihormati,

Perhatikan hadis berikut ini: “Andai saja kamu mengetahui, apa yang engkau akan lihat saat kematianmu, tentulah engkau tidak akan memakan segigit pun hidangan idamanmu, dan pula engkau tidak akan meminum lagi minuman lazat untuk memuaskan rasa dahaga mu yang tak terpuaskan” (Hadis Riwayat Ahmad dari Abu Dharda a.s)

Jabir bin Abdillah ra bekata, “Rasulullah SAW pernah memasuki sebuah pasar yang di kiri-kanannya dipadati manusia. Ketika itu baginda melewati seekor kambing kuper (telinganya kecil) yang telah menjadi bangkai. Lantas baginda menenteng telinga kambing itu seraya berseru, “Siapakah yang mau membeli kambing ini dengan harga satu dirham?”

Pengunjung pasar menjawab, “Sedikitpun kami tidak menginginkannya“.

Baginda bertanya lagi, “Apakah kalian mau jika anak kambing ini kuberikan percuma kepada kalian?”

Mereka menjawab, “Demi Allah, kalaupun anak kambing itu hidup, kami tidak akan menerimanya kerana cacat, maka bagaimana kami mau menerimanya setelah menjadi bangkai?”

Mendengar hal ini Nabi SAW bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper ini dalam pandangan kalian” (Hadis Riwayat Muslim)

Cinta dunia adalah sumber segala keburukan, kerana cinta dunia, sering mengakibatkan seseorang cinta terhadap harta benda dan didalam harta benda terdapat banyak penyakit. Antara lain sifat bangga dan angkuh, suka menunjuk-nunjuk terhadap apa yang dimiliki.

Orang yang cinta dunia akan sibuk mengurus hartanya dan terus berusaha untuk menambahnya, hingga membuatnya lalai daripada berzikir kepada Allah SWT. Ketahuilah barangsiapa dilalaikan oleh harta bendanya, dia akan mendapat kerugian, terutama apabila lalai daripada zikrullah, kerana apabila hati tidak pernah berzikir maka syaitan akan mudah menggodanya.

Jika seorang manusia telah dikuasai hatinya oleh syaitan maka akan menjadi lemah, syaitan akan membolak-balikan hatinya bagaikan seorang anak kecil bermain bola, kerana orang yang mabuk kerana cinta dunia tidak akan sadar kecuali setelah berada di dalam kubur.

Yahya bin Mu’adz berkata, “Dunia itu araknya syaitan, barangsiapa mabuk kerananya, ia tidak akan segera sadar, kecuali setelah berada di tengah kumpulan orang mati dalam keadaan menyesal di antara orang-orang yang merugi”.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.” (Hadis Riwayat Tirmidzi).

Sahabat yang dikasihi,

Dunia dengan segala pesonanya memang sangat menggoda dan mempesona, dan kadang kejayaannya seseorang memang diukur dari status pangkat dan hartanya di masyarakat, namun hal tersebut jangan sampai membuat kita terjebak dan terperangkap cinta dunia.

Ingatlah kita hanya hidup sementara di dunia ini, semua harta dunia yang kita banggakan, tidak akan kita bawa mati, melainkan harta itu di sedekahkan untuk amal jariah. Hanya amal ibadah, amal soleh dan amal kebajikan yang akan menemani kita hingga sampai hari kita dibangkitkan nanti. Jadikanlah dunia hanya sebagai ladang akhirat kita, tempat kita mempersiapkan bekal untuk akhirat nanti. Ingatlah selalu, bahawa kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup didunia ini.

Akhir kalam:

Semoga kita dapat merenung dan melihat diri masing2, adakah kita cinta kepada dunia lebih daripada akhirat?

Kalau jawapannya YA, kita perlu mengubati penyakit yang lebih bahaya daripada kanser, jantung, kencing manis, darah tinggi dan sebagainya secepat mungkin. Kalau maut yang dijangka mendatangi kita pada bila-bila masa, ditakuti dan digeruni kita terpaksa diubati dan dibersihkan di api neraka.. Nauzubillah..

Tidak salah kita mencari keperluan hidup dunia, tetapi yang salah ialah kita terlalu cinta dan sibuk dengan dunia sehingga kita hilang cinta dan lupa kepada kampung akhirat yang merupakan maksud hidup kita yang sebenar di dunia ini.

Jauhi Sifat Takabbur

Dari Abu Hurairah R.A. Rasulullah SAW bersabda:

Tidak akan masuk syurga sesiapa yang ada sifat takabur di hatinya walaupun sebesar zarah
(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmizi)

Takabbur adalah sifat dalaman manusia. Sifat ini membuatkan seseorang menunjuk-nunjuk kehebatan dirinya kepada orang lain kerana merasakan dirinya itu lebih sempurna. Ada kalanya takabbur menyebabkan seseorang tidak menerima kebenaran dan memandang hina kepada orang lain.

Sesungguhnya sifat takabbur ini amat bahaya dan perlu dihakis dari hati kita. Ini adalah kerana terdapat banyak amaran yang telah diberi tentang bahayanya.

Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah SW bersabda:

Orang yang sombong dan takabur akan dihimpun pada hari kiamat seperti debu-debu yang dipijak-pijak oleh manusia kerana hinanya mereka di sisi Allah Azzawajalla.
(HR: Bukhari , 10/223, Muslim, 2085).

Sahabat2 yang dikasihi,

Apa gunanya kita merasakan tinggi diri di dunia yang sementara ini, jika di akhirat yang kekal kelak kita dihina?

Oleh itu, eloklah kita berusaha memperbaiki diri mulai saat ini. Kenali diri dan kenali Tuhan. Sesungguhnya kita sebenarnya terlalu rendah berbanding kehebatan Allah SWT, malah jauh lebih rendah berbanding sebahagian manusia yang lain…

Semoga Allah memelihara kira dari  sifat takabbur…

Sumber: http://arshadahmad.wordpress.com/2009/05/08/buatmu-sahabat-3-–-tidak-akan-masuk-syurga-sesiapa-yang-ada-sifat-takabur-di-hatinya/

Jauhi Dari Sifat Sombong dan Bongkak

Sombong, bongkak, angkuh dan takabur atau kibir mempunyai pengertian yang sama. Iaitu salah satu daripada sifat-sifat mazmumah (sifat tercela/terkeji). Sifat ini menjadi kebencian dan kemurkaan Allah kepada sesiapa yang memilikinya, walaupun cuma sedikit, dan menjadi penghalang daripada syurga. Sabda Rasulullah s.a.w.:

"Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat walau seberat zarah dari perasaan takabur atau sombong."

Firman Allah yang bermaksud:

"Sesungguhnya mereka yang sombong untuk taat sebagai hambaKu, mereka akan masuk Jahanam sebagai makhluk yang hina dina."(Almukmim:60)

Sifat sombong atau takabur ini boleh di bagikan kepada dua, iaitu, takabur lahir dan takabur batin.

Takabur lahir dapat dilihat melalui perbuatan dan tindakannya. Gayanya angkuh, mulutnya tajam, mudah menghina orang yang dianggapnya lebih rendah (pangkat, kealiman, darjat keturunan) daripadanya. Ketakburan itu adakalanya dapat dilihat melalui perbicaraan, seperti tidak mahu mengalah, menganggap dirinya sentiasa benar dan tidak mahu mendengar dan mengikut nasihat.

Imam Al Ghazali berkata ;

"Orang yang takabur itu ialah orang yang apabila ditegur, ia marah dan benci, sedangkan kalau ia menegur orang lain ditegurnya dengan keras dan kasar."

Orang yang sombong atau takabur ini mudah menghina orang lain dan akan marah jika ada yang mengatasinya ia akan dengki apabila orang lain mendapat nikmat dan akan berdendam dengan orang yang menandinginya.

Imam Al Ghazali telah memberi beberapa panduan untuk mengelakkan sikap takabur atau sombong ini.

a.      Apabila kita berjumpa dengan kanak-kanak, anggaplah kanak-kanak itu lebih mulia dari kita. Kerana kanak-kanak itu belum diberati dosa, sedangkan kita sudah berlarut-larut hampir setiap langkah berbuat dosa.

b.      Apabila kita berhadapan dengan orang tua, anggaplah orang tua itu lebih mulia, kerana ia lebih lama beribadah daripada kita.

c.       Ketika kita berjumpa dengan orang alim, anggaplah beliau lebih mulia dari kita kerana banyak ilmu-ilmu yang tidak kita ketahui tetapi beliau mengetahuinya.

d.      Kalau kita melihat orang yang jahil, anggaplah dia lebih mulia dari kita, kerana dia berbuat sesuatu kesalahan atau dosa kerana kejahilannya sedang kita berbuat dosa dalam keadaan kita mengetahuinya.

e.      Kalau kita berjumpa dengan orang jahat, jangan lah anggap kita mulia atau lebih baik daripadanya, tetapi katakanlah bahawa orang jahat itu mungkin di masa tuanya dia bertaubat, memohon ampun dari perbuatannya. Sedangkan kita sendiri belum tahu lagi bagaimana kita akhirnya.

f.        Apabila berjumpa dengan orang kafir, katakanlah dalam hati, bahawa si kafir itu belum tentu kafir selamanya, mungkin di suatu hari datang keinsafan padanya, dia memeluk Islam dan semua dosanya di dalam kekafiran dulu diampuni Tuhan, sedangkan kita ini sejak lahir sudah Islam, tetapi dosa terus dikerjakan juga dan balasan pahala belum tentu lagi.

Lawan daripada sifat sombong ialah sifat tawadhuk atau rendah diri. Sekiranya seseorang telah berjaya mengikis sifat sombongnya akan datanglah sifat tawadhuk padanya, sifat terpuji yang disukai Allah dan makhluk seluruhnya.

Dari Ibnu Abbas, bersabda Rasulullah;

"Tidak seorang pun kecuali di kepalanya terdapat dua rantai, satu rantai sampai ke langit ke tujuh dan satu rantai yang lain sampai ke bumi yang ketujuh. Apabila seseorang itu merendahkan diri, Allah mengangkatnya dengan rantai yang di langit ketujuh dan apabila ia sombong, Allah merendahkannya dengan rantai yang di bumi ke tujuh."

Urwah bin Azzubair berkata; " Tawadhuk ialah alat untuk mencapai kemuliaan. Lantaran itu Rasulullah, para Nabi, para sahabat , para aulia' dan orang-orang soleh suka merendahkan diri dan memiliki sifat tawadhuk. Rasulullah S.A.W. bersabda:

"Aku diberi kunci kekayaan bumi, lalu disuruh pilih di antara menjadi hamba dan Nabi atau menjadi Nabi dan Raja, maka Jibril memberi isyarat kepadaku supaya bertawadhuk dan menjadi Nabi dan hamba, maka saya pilih Nabi dan hamba, maka diberikan kepadaku itu dan aku pertama manusia yang keluar dari bumi kelak dan aku yang pertama memberi syafaat kelak."

Tegasnya untuk menghilangkan sifat sombong dan takabbur kita perlulah bermujahadah bersungguh-sungguh. Buat sesuatu yang menyebabkan kita dipandang rendah. Datangkan rasa rendah diri dan berlaku tawadhuk. Sesungguhnya tidak hina orang yang merendah diri. Allah telah memuji hambaNya yang tawadhuk dan akan mengangkat darjat mereka.

http://www.navy.mil.my/mawilla1/index.php/agama/item/77-jauhi-dari-sifat-sombong-dan-bongkak

Jaga Lidah Elak Buat DOSA

KEUPAYAAN lidah memang tidak dijangka. Ia anggota tubuh yang paling baik dan paling buruk selain hati. Lidah hendaklah dikawal daripada berbicara mengenai hal orang lain seperti mengumpat dan membuat fitnah sesama manusia.

Rasulullah s.a.w bersabda pernah bersabda yang bermaksud, "Tidak akan lurus keimanan (istiqomah) seseorang hamba itu sehingga lurus hatinya dan tidak akan lurus hatinya sehingga lurus lidahnya." (Riwayat Ahmad).

Maksud istiqomah ialah tetap teguh di atas jalan yang betul lurus yang membawa keredhaan Allah SWT. Dasar istiqomah adalah istiqomah hati iaitu lurusnya hati di atas tauhid. Apabila hati telah beristiqomah kepada Allah dalam erti kata takut, cinta, tawakkal dan mengagungkan Allah maka seluruh anggota tubuh akan taat kepadanya. Ini ialah kerana hati adalah raja kepada badan manakala anggota badan adalah rakyatnya. Anggota terpenting selepas hati yang mesti diberi perhatian serius agar beristiqomah ialah lidah kerana lidah adalah terjemahan hati yang menggambarkan pemikiran seseorang.

Dalam kitab hadis sahih Muslim pula, dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash r.a. katanya, seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, "Orang Islam yang bagaimanakah yang paling baik?" Jawab Rasulullah SAW, "Ialah orang-orang yang menjaga orang-orang Islam lainnya dari bencana lidah dan perbuatannya." (Abdullah bin 'Amr bin 'Ash r.a., No Hadis – 33)

Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah SAW bersabda: "Seorang hamba (manusia) yang berbicara dengan pembicaraan yang belum jelas baginya (hakikat dan akibatnya), maka dia akan terlempar ke neraka sejauh antara timur dan barat."

(Abu Hurairah r.a., No Hadis – 2507)

Diriwayatkan daripada Abdullah bin Amr r.a., Rasulullah SAW pernah bersabda yang maksudnya: "Seorang Muslim adalah orang yang tidak merugikan Muslim lainnya dengan lidah, mahupun dengan kedua tangannya. Dan seorang Muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah SWT." (Riwayat al-Bukhari)

Dari hadis-hadis di atas, sebaik-baik orang yang berhijrah ialah hijrahnya dengan hati dan lidah. Insya Allah, dengan berhijrah hati dan lidah, perkataan dan perbuatan kita akan menjadi bersih dari segala maksiat, dosa dan syirik seperti kisah khalifah Umar bin al-Khathab r.a. yang menarik untuk kita renungkan bahawa beliau sebelum memeluk Islam dikenali dengan julukan "penghulu para pelaku kejahatan", namun setelah berhijrah, beliau menjadi pemimpin yang disegani, tawaddhu' dan suka menolong orang miskin, menjadi tonggak bagi berkembangnya agama Islam. Hakikatnya hijrah sangatlah berat, kerana di samping harus memiliki kesabaran, kita juga dituntut memiliki keteguhan aqidah dan keyakinan agar tidak mudah termakan dengan pujuk rayu dan godaan dari kenikmatan dunia yang fana.

Sayidina Umar al-Khattab r.a. pernah berkata: "Barang siapa banyak bicaranya maka banyak kesalahannya. Orang yang banyak salahnya bererti banyak dosanya sehingga nerakalah sebaik-baik tempat bagi mereka."

Daripada Muaz, Rasulullah bersabda: "Mahukah kamu jika aku katakan kepadamu tentang sendi daripada semua kebaikan?"

Jawab Muaz, "Ya, kami nak tahu." Maka Rasulullah s.a.w menunjukkan sendi kebaikan itu pada lidahnya dan berkata, "Jagalah ini."

Muaz berkata, "Wahai Rasulullah, adakah kami akan mendapat seksaan akhirat daripada ucapan kami?"

Rasulullah menjawab, "Betapa azabnya Muaz, orang yang tersungkur di dalam neraka itu melainkan hasil daripada menabur fitnah melalui lidah mereka. Akhirnya mereka menerima seksaan daripada Allah."

Marilah kita menjaga lidah kita masing-masing. Agar lidah kita tidak menyengat diri sendiri, kerana lidah tidak ubah seperti ular berbisa. Banyak orang binasa akibat perbuatan lidah padahal dulu mereka dihormati kawan-kawannya. (Imam al-Syafie)

Menangis Karena Takut kepada Allah

Bismillahirrahmanirrahiim...

Sufyan berkata: “Menangis itu ada 10 macam, yakni 9 karena selain Allah dan satu karena Allah. Bila menangis karena Allah itu datang sekali dalam setahun, maka itu sudah terbilang banyak.”

Anjuran Menangis Karena Allah

Qasamah bin Zuhair berkata, “Abu Musa pernah berkhotbah di kota Bashrah. Ia berkata, “Wahai manusia, menangislah. Jika kalian tidak bisa menangis, maka berusahalah untuk menangis. Karena penghuni Neraka akan menangis dengan mengeluarkan air mata sampai habis. Kemudian mereka akan menangis dengan mengeluarkan air mata darah. Bahkan seandainya di situ dilepaskan beberapa perahu, pastilah akan bisa berjalan.”

Keutamaan Menangis Karena Allah

Ka’bul Ahbar berkata, “Sungguh, aku lebih suka menangis karena Allah, lalu air mataku mengalir diatas pipiku, daripada bersedekah dengan emas seberat timbanganku.”

Wuhaib bin Ward berkata, “Yahya bin Zakariya ‘alaihis salam memiliki dua garis dipipinya akibat menangis.” Kemudian ayahnya, Zakariya ‘alaihis salam berkata, “Sungguh, aku hanya meminta kepada Allah seorang anak yang bisa menjadi penyejuk mataku.” Yahya ‘alaihis salam berkata, “Ayah, sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam memberitahuku bahwa diantara Surga dan Neraka ada sebuah gurun yang hanya bisa dilalui oleh orang yang rajin menangis.”

Macam-Macam Tangisan

Yazid bin Maisaroh berkata, “Tangisan itu berasal dari tujuh hal: gembira, sedih, cemas, sakit, riya’, syukur, dan tangisan karena takut kepada Allah. Inilah tangisan yang tetesan air matanya bisa memadamkan api sebesat gunung.”

Cara Mengundang Tangisan

Shalih al-Murri berkata, “Tangisan itu bisa diundang dengan cara memikirkan dosa, jika direspons positif oleh hati. Jika tidak, maka alihkan kepada kengerian dan kedahsyatan hari Kiamat, jika direspons positif. Jika tidak, maka tawarkanlah kepadanya untuk berguling-guling di antara nampan-nampan api (Neraka).” Kemudian ia pun menangis dan pingsan. Dan orang-orang pun berteriak histeris.

Orang-Orang Shalih Terdahulu Yang Menangis Karena Takut Kepada Allah

1. Abdussalam (mantan budak Maslamah bin Abdul Malik) berkata, “Umar bin Abdul Aziz pernah menangis, lalu Fathimah ikut menangis. Namun mereka tidak tahu apa yang membuat mereka menangis. Ketika mereka selesai menangis, Fathimah bertanya, “Ya Amirul Mukminin, mengapa anda menangis?” Umar menjawab, “Fathimah, aku teringat hari dimana manusia dipisahkan dari hadapan Allah; satu kelompok di dalam Surga dan kelompok lainnya di dalam Neraka.” Kemudian ia berteriak dan pingsan.

2. Apabila Umar bin Abdul Aziz mendengar pembicaraan tentang kematian, maka tubuhnya menggelepar seperti burung dan menangis sampai air matanya mengalir di jenggotnya.”

3. Hani’ (mantan budak Utsman bin Affan) berkata, “Apabila Utsman bin Affan berdiri di atas kuburan, ia menangis hingga janggotnya basah oleh air mata.”

4. Malik bin Anas berkata, “Muhammad bin Munkadir adalah penghulu para pembaca. Hampir setiap kali ada orang yang bertanya kepadanya tentang hadits, ia selalu menangis.”

5. Abu Ayyub al-A’raj berkata, “Sa’id bin Jubair selalu menangis di malang hari sampai rabun.”

6. Sa’id bin Jubair berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih perhatian terhadap kemuliaan Baitullah ini daripada orang Bashrah. Pada suatu malam aku pernah melihat seorang wanita muda bergelayutan pada tirai Ka’bah. Ia memanjarkan doa, menangis dan menghiba sampai meninggal dunia.”

7. Ali bin Abdillah berkata, Kami pernah bersama Yahya bin Sa’id al-Qaththan. Ketika ia keluar dari masjid, kami pun keluar bersamanya. Tatkala tiba di pintu rumahnya ia berdiri, dan kami pun berdiri. Lalu ia berkata kepada seorang pria, “Bacalah!” Pria itu pun membaca surat ad-Dukhan. Ketika ia mulai membaca aku melihat Yahya bin Sa’id berubah, hingga ketika sampai pada ayat,
 “Sesungguhnya hari keputusan itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya.” [QS.ad Dukhan:40]

Tiba-tiba Yahya menjerit dan pingsan. Ia baru sedar setelah sekian lama. Kemudian kami menemuinya. Ternyata ia tengah tertidur di atas pembaringannya seraya membaca,
“Sesungguhnya hari keputusan itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya.” [QS.ad Dukhan:40].

Maka keadaan itu terus berlangsung sampai ia meninggal dunia.

Peribadi Nabi Muhammad S.A.W.

SIFAT MALU NABI MUHAMMAD S.A.W.

Abu Said Al Khudri r.a meriwayatkan berkenaan sifat malu baginda S. A.W di dalam sebuah hadis.
“Bahawasanya Rasulullah S.A.W lebih malu daripada gadis di kamarnya. Sesungguhnya apabila baginda tidak menyukai sesuatu kami dapat mengetahui dari wajahnya”
 Riwayat At Tirmizi, Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Sa’ad



SIFAT TAWADDUK RASULULLAH S. A.W

Baginda ialah seorang manusia yang paling tawadduk walaupun baginda merupakan kekasih dan nabi Allah. Baginda juga  tidak suka dipuji sebagaimana yang diceritakan oleh saidina Umar Al Khattab di dalam sebuah hadis.

“Janganlah kamu memuji aku berlebih-lebih seperti kaum Nasrani memuji Nabi Isa ibn Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba Allah. Maka kami semua menyebut: Hamba Allah dan Rasulnya.”
Riwayat At Tirmizi, Bukhari, Ahmad dan Abu Daud